SBY gelar konferensi pers soal penyadapan. (viva.co.id) |
"Itulah kejelian Pak SBY untuk memanfaatkan isu penyadapan. Padahal, tidak jelas faktanya ada atau tidak," kata Tridianto, Kamis 2 Februari 2017, seperti diberitakan Viva.co.id.
Menurut Tri, panggilan akrab Tridianto, langkah SBY itu juga tidak bisa dilepaskan dari konteks persaingan di Pilkada DKI Jakarta. Dia mengingatkan bahwa waktu untuk pemungutan suara semakin dekat.
"Karena sudah tinggal 2 minggu lagi Pilgub DKI, Pak SBY merasa menemukan isu ini sebagai gebrakan akhir untuk mendapatkan simpati dan mendongkrak suara anaknya (Agus Yudhoyono)," ujarnya.
Mantan Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap itu menuturkan bahwa seperti konpers sebelumnya di Cikeas ketika SBY menari-nari di atas isu penodaan agama oleh Ahok, dan terbukti hasilnya untuk mendongkrak suara Agus. Kali ini, SBY kembali menari-nari.
"Isu menghardik Kiai Ma'ruf Amin diolah sedemikian rupa oleh Pak SBY dan timnya. Kembali Pak SBY memukul Ahok dengan keras. Bahkan juga memukul Pak Jokowi dan lingkarannya. Itulah Pak SBY. Karena kepentingan anaknya, segala cara dilakukan untuk menjadikan gubernur DKI Jakarta yang dianggap sbg batu loncatan untuk posisi yang lebih tinggi," katanya.
Lebih lanjut, Tri melihat SBY memang ngebet ingin beretemu Presiden Jokowi. Tapi caranya minta perhatian justru dengan menyerang. "Gak tahu Pak Jokowi mau melayani atau tidak," tutur Tri.
Sebelumnya, SBY menggelar konferensi pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu, 1 Februari 2017. SBY menanggapi soal namanya yang disebut-sebut dalam sidang kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama.
Saat itu, Ahok menuduh saksi ahli, Ma'ruf Amin, sempat melakukan pembicaraan lewat telepon dengan SBY sebelum bertemu Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni. Ahok dan tim pengacaranya juga mengklaim memiliki bukti-bukti dan mengancam akan melaporkan Ma'ruf ke polisi serta mempermalukannya.